"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Saturday 30 March 2013

KESAKSIAN JIM CAVIEZEL PEMERAN YESUS DALAM THE PASSION OF THE CHRIST



Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.

Berikut refleksi atas perannya di film itu.

Jim caviezel adalah seorang aktor biasa dengan peran2 kecil dalam film2 yang juga tidak besar. Peran terbaik yang pernah dimilikinya (sebelum The Passion) adalah sebuah film perang yang berjudul “ The Thin Red Line”. Itupun hanya salah satu peran dari begitu banyak aktor besar yang berperan dalam film kolosal itu.

Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).

“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

DEMI CINTA



Samiton Pangellah dalam bukunya “Revolusi Konsep Penyembahan” menulis, Yesus membayar harga yang sangat mahal, agar kita bisa masuk hadirat Tuhan. Yesus mengalami penderitaan yang luar biasa, fisik dan mental.

Sekali deraan Ia dicambuk 39 kali, dengan cambuk yang berujungkan bola timah dan sepanjang talinya dijalin tulang-tulang domba yang tajam. PunggungNya robek dan tulangNya nyaris terlihat.

Ranting duri runcing dan tajampun dianyam sebagai mahkota di kepala Yesus, yang dengan sekejap menjadikan wajahNYa merah bersimbah darah.

Mata Yesus lebam dan bengkak akibat pukulan yang bertubi-tubi. Luka dipunggung yang masih basah, langsung dirobek, waktu kayu salib seberat 50 kg dibebankan dibahuNya.

Sepanjang jalan via dolorasa yang sempit, ratusan orang mengejek, meludah dan menendangNya. Beberapa kali Ia terjatuh, bebatuan dijalan merobek lututNya. Tulang pipiNya retak saat Ia terjerembab.

Di bukit Golgota, tangan dan kaki Yesus dipaku dengan paku sepanjang 20 cm. Yesus harus menahan seluruh berat tubuhNya pada ketiga paku itu selama 6 jam.

DadaNya mulai sesak, paru-paruNya terisi darah. Setiap kali menarik nafas, Ia harus meregangkan badan, sementara badanNya hanya bertumpu pada kedua tangan dan kaki yang terpaku.

Namun dalam penderitaanNya, Ia masih berdoa : “Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Seperti biasa, Yesus menengadah ke langit, mencari Bapa sumber kekuatanNYa. Tapi saat itu pekatnya dosa seisi dunia telah ditanggungkan kepada Yesus. Bapa memalingkan wajahNya dari Yesus, dan Yesus berseru : “Allahku....Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Itulah puncak penghukuman yang Yesus terima karena dosa kita semua.

Duri, cambuk dan paku tak cukup..!!

Karena dosa tak hanya membawa duri di dunia, melainkan membawa keterpisahan antara kita manusia dengan Allah. Dan Hal inilah yang Yesus tebus, supaya kita tidak lagi terpisah dari Allah akibat tragedi di taman eden.
………………………………………………………………………………………….

Kalau surga dan neraka tidak ada, Yesus tak perlu menderita dan mati. Yesus menjalani semua itu karena Yesus tahu, perbuatan baik manusia tidak cukup untuk membawa manusia ke surga.

Firman Tuhan katakan, semua manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Manusia perlu ditebus agar tidak mengalami maut kekal di neraka.

Kalau Yesus menderita dan mati hanya karena ingin disembah sebagai Tuhan, tak perlu Ia melakukan semua itu karena Yesus memang Tuhan. Seekor sapi di india, pohon, kayu dan binatang saja bisa dengan gampang menjadi “tuhan” dan disembah manusia.

Alasan Yesus menderita dan mati adalah:
“Demi Cinta”. Demi pulihnya hubungan yang indah dengan kita. Darah Yesus-lah yang menyucikan dan melayakkan kita untuk masuk dalam hadirat Tuhan yang Maha Kudus.

Saat kita mengenang setiap tetes cinta merah darah Yesus, yang tak dipertahankanNya demi menebus kita semua kekasihNya, kita telah dibawah masuk dalam Hadirat Allah.

Kapanpun dan dimanapun kita berada, ingatlah Yesus dan pengorbananNya. Bebaskan diri kita dari intimidasi. Yesus benar-benar menginginkan kita kekasih hatiNya.

Lakukan segala hal dalam hidup ini karena cinta kita kepada Yesus, seperti Yesus yang melakukan segala hal selama hidupNya didunia, karena cintaNya kepada kita semua.

TUHAN YESUS MEMBERKATI

PENGKHIANAT DAN PENYESALAN

Nama Yudas lengket dengan konotasi pengkhianat. Dan yang namanya pengkhianatan itu bisa terjadi dimana kapan saja. Mulai dari pengkhianat cinta hingga pengkhianat negara, masih sering kita jumpai dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya haru belajar mengantisipasi supaya tidak terjebak di dalamnya. Dalam rengan ini saya mengajak Anda sekalian untuk belajar dai kisah Yudas.

Kalau mau ditelusuri dengan jujur, setiap manusia bisa menjadi pengkhianat dan dikhianati. Karena akarnya adalah keakuan atau ego. Saat keinginan pribadi tidak tercapai, orang bisa berubah dari kawan jadi lawan. Yudas memiliki idealisme sendiri terhadap Yesus. Dalam benak pemuda Yahudi yang saat itu hidup menderita karena dijajah Romawi, mereka membutuhkan sosok pembebas yang bisa memimpin mereka melakukan pembrontakan, dan Yesus adalah orangnya yang paling ideal. Namun dengan tegas Yesus menolaknya. Penolakan itulah yang membuat mereka kecewa. Tidak heran jika mereka yang berteriak "hosana...hosana.." tiba tiba berubah menjadi "salibkan Dia".

Pengkhianatan sering berubah menjadi penyesalan. Itulah yang terjadi dengan Yudas. "Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam- imam kepala dan tua- tua..." Yudas sadar bahwa pengkhianatan itu telah membawa resiko kematian bagi yang dikhianati. Itulah sebabnya ia menyesal. Namun penyesalannya tidak bisa mengubah keadaan, itulah sebabnya dia pergi menggantung diri.

Saya baru mengerti sekarang mengapa Yesus pernah berkata "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." Dengan tegas Yesu berkata, "lebih baik tidak usah dilahirkan daripada mengkhianati Tuhan". Sebuah pernyataan yang tegas dan menakutkan. Makanya jangan sekali kali menjual iman atau mengorbankan hubungan dengan Yesus hanya demi popularitas, pangkat, kekayaan, atau kedudukan. Karena ujung ujungnya adalah penyesalan seumur hidup.

Yakob (samaran) lahir dari keluarga hamba Tuhan yang saleh. Sejak kecil ia ikut sekolah minggu, setelah besar ia rajin melayani dengan talenta yang dimiliki. Yakob pernah memecahkan rekor sebagai pelukis tercepat dan tercatat di musium MURI. Namun sayang sekali gara gara ingin lebih terkenal ia tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya, pergi dengan wanita lain. Bukan hanya itu, ia bahkan meningalkan iman dan hubungannya dengan Tuhan Yesus. Belakangan ini ia menyesal karena ternyata wanita itu telah mengkhianatinya. Hidupnya terlantar, tubuhnya digerogoti penyakit, dan nasibnya mengenaskan. Pengkhianatan selalu membawa penyesalan. "Lebih baik aku mati dari pada hidup kaya begini" kata Yakob meneyesali.

Seadainya Yudas mengikuti langkah Petrus, ia tidak perlu harus mati sia sia. Petrus juga menyangkali Yesus, namun demikian ia sadar menyesal dan menangis. Ia kembali membangun hubungan dengan gurunya dan menjadi pengikutnya meskipun harus dibayar dengan nyawa. Seandainya malam itu Yudas kembali kepada Yesus dan minta maaf, ia tidak perlu pergi menggantung diri. Bukankah Yesus maha pemaaf? Sebaiknya Yakob kembali pada Yesus. Tidak perlu malu, tidak usah sungkan, jangan takut. Berlakulah seperti anak terhilang yang kembali kepada bapanya. Dengan senang hati surga akan menyambut mereka yang telah sadar dan mau kembali. Jangan menunda lagi, sekaranglah waktunya. "Di surga Bapa menanti, pulanglah anak-KU"

Friday 29 March 2013

SIAP DIKHIANATI

Pengkhianatan sering berakhir dengan kematian. Mulai dari kematian rasa percaya yang berlanjut pada kematian hubungan hingga kematian secara fisik. Itulah yang terjadi pada Yudas Iskariot, yang dikhianati dan mengkhianati sama sama mati. Namun yang kedua hidup lagi setelah tiga hari.

Motivasi dibalik pengkhianatan Yudas bukanlan uang, bukan juga kedudukan atau popularitas. Namun karena harapan yang tidak jadi kenyataan. Hampir semua pengikut Yesus pada jamannya mengharapkan Ia menjadi Mesias dengan mengangkat senjata melawan penjajahan Romawi. Namun dengan tegas Yesus menolaknya. Apapun juga yang menjadi pemicunya, akar penyebabnya selalu sama. Harapan yang tidak terpenuhi sering berbuntut penolakan dan pengkhianatan

Dalam hidup ini kita mesti membekali diri dengan yang satu ini "bersiap siaplah untuk dikhianati". Tidak semua orang akan menyukai Anda, dan tidak mungkin Anda menyukai semua orang. Saat seorang sahabat berbalik arah dan mejelekan Anda, terimalah dan hadapilah sebagai kenyataan hidup yang lumrah.

Seorang sahabat pernah bertanya bagaimana rasanya dikhianati. "Seperti orang sembelit," kata saya, "ditahan sakit dikeluarkan juga lebih menyakitkan." Ada lagi yang bilang kalau lebih baik dibunuh daripada dikhianati.

Soal kekuatan menghadapi pengkhianatan, kita harus belajar dari pak Yanes. Dua kali ia dikhiananati oleh istri yang dicintainya. Setelah 12 tahun lari dengan pria lain, sang istri bertobat dan mau kembali. Tanpa pikir panjang, Yanes menerima istrinya dengan tangan terbuka. Saat ditanya apa yang membuat ia sanggup melakukan semua itu. Jawabnya cukup tegas dan lugas "saya sudah belajar dari guru saya, saat ia dikhianati, ditolak, disiksa hingga kehilangan nyawa Ia masih sempat berucap " Ya Bapa ampunilah mereka. Guru saya pernah bilang, kalau saya tidak mengampuni maka dosa saya juga tidak diampuni. Dan apa yang saya terima dengan cuma cuma, saya harus memberikan dengan cuma cuma. Itulah yang membuat saya berani sekaligus rela menerima istri saya kembali." Selamat untuk pak Yanes.

Dan SELAMAT PASKAH untuk kita semua.

Sumber : https://www.facebook.com/paulus.wiratno

TIDAK MELIHAT, NAMUN PERCAYA


Kalimat ini jika direnungkan dalam kehidupan sehari-hari, maka hampir setiap tindakan kita sudah masuk dalam katagori “ Tidak melihat, Namun Percaya “. Misalnya.

1. Sandang pangan yang dikomsumsi setiap hari, sadar atau tidak kita telah mempercayai terlebih dulu, kemudian bersinggungan atau menggunakannya.

2. Barang-barang komsumtif lainnya, jarang kita minta dibuktikan dulu sebelum membeli, sebaliknya kita percaya dan membelinya. Masalah manfaatnya, daya tahannya, keakuratannya akan ditentukan setelah menggunakan.

3. Barang yang sama dari sumber produksi yang berbeda, menentukan nilai , setelah melalui kepercayaan terlebih dahulu kemudian menentukan qualitasnya.

4. Kita naik transportasi umum, termasuk pesawat terbang, kita lebih hanya percaya atas, pilotnya, qualitas pesawatnya tanpa harus diuji terlebih dulu, maka kita beli tiket dan naik pesawat pengakut itu.

5. Anak muda saat berpacaran, ia tidak mengenal sungguh-sungguh sifat karakter lawan jenisnya, hanya melalui ucapan gombal, ia percaya. Kepercayaan itu akan teruji setelah berjalan bersama sebagai suami istri. Bagaimana qualitas sesungguhnya akan teruji dengan berjalannya waktu. Maka tidak heran banyak yang frustasi, keluarga hancur , perceraian terjadi.

6. Sejarah tentang tokoh presiden pertama Ir. Soekarno, bagi generasi yang belum pernah menyaksikan sendiri, hanya percaya melalui sejarah. Peristiwa G30S dan SP 11 Maret, selalu menjadi pertanyaan, karena qualitasnya ada rekayasa. Bagaimana generasi yang tidak pernah mengalami sejarah itu, mereka hanya sebatas percaya, bukankah demikian ?

7. Masalah hukum, yang paling penting adalah kesaksian, jika yang menjadi saksi tidak dipercaya atau direkayasa, maka hancurlah hukum itu. Seperti fenomena hukum di negara tercinta kita, berapa banyak orang menjadi Koran hukum karena saksi palsu.

8. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, hanya karena percaya omongan iblis, maka hukuman mati tidak terelakan.

9. Nabi NUh, karena percaya, maka dia mau membuat kapal ( dianggap bodoh pada masanya ), sehingga terselamatkanlah hidupnya.

10. Pemimpin bangsa, hanya jual gombalannya, rakyat percaya, kemudian apakah benar akan diuji melalui jalannya waktu, apakah ia melakukan sesuai janji atau hanya mengejar kedudukan dan memperkaya diri.

Kesimpulan diatas ada dua pelajaran penting :

1. Kepercayaan hanya bisa dibuktikan setelah berjalannya waktu.

2. Kelemahan manusia yang terbesar adalah karena lebih condong percaya daripada pengujian terlebih dulu, sehingga mudah dimakan oleh bualan-bualan manis, penampilan yang menarik, janji-janji muluk dan tipuan-tipuan yang mematikan.

Yang harus diwaspadai yaitu :

1. Kepalsuan.

Kepalsuan merupakan imitasi dari kebenaran, sehingga manusia mudah sekali tertipu karena, bentuk / penampilan ; qualitas, jalan pintas dan waktu.. Ini merupakan pembuktian yang akan memberitahukan kebenaran sesungguhnya. Manis didepan dan pahit dibelakang.

Kepalsuan, tidak perlu diajarkan, namun sudah bisa berkembang dengan sendirinya, karena bibitnya sudah ada, kemudian memperoleh pupuk siraman yang canggih ( didikan, pengaruh lingkungan dll ) yang mendorong lebih mendarah dagingnya kepalsuan dalam kehdupapn sehari-hari. Sehingga dikatakan musuh terbesar seseorang adalah diri sendiri. Begitu kuatnya kepalsuan yang membawa janji-janji manis meskipun sifatnya sementara selalu diminati manusia sepanjang masa.

2. Kebenaran

Kebenaran biasanya sulit untuk diterima, karena kurang menarik, lebih lambat, konservatif sekali, butuh kesabaran tinggi, penguasaan diri yang lebih baik yang semuanya condong membuat jemu. Sering merasakan seperti orang bodoh diantara orang yang banyak yang penuh kepalsuan.

Kebenaran adalah kebenaran, kebenaran akan Nampak dengan berjalannya waktu pengujian. Setelah pengujian terlewatkan maka kebahagian akan diperoleh sepanjang masa.

Pengujian, tentu harus melalui banyak sekali gelombang hidup, bahkan mudah hancur karena kurang sabar, penguasaan diri dikalahkan dengan emosi yang mematikan.

Lulus dari pengujian, akan membawa seseorang lebih tabah, lebih kuat menghadapi ujian-ujian berikut. Karena kebahagianan yang pernah diperoleh akan memberikan semangat lebih tinggi dalam meraih sukses dari kehidupan. Bahkan ancaman hidup baginya tidak berarti apa-apa, karena ada tujuan hidup yang lebih berharga kekal akan dipeerolehnya.

Kristus Yesus mengatakan “ Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya “ , kemudian dikatakan lagi “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku “

“ Barang siapa yang mau ikut aku, harus memikul salib-Ku “ Gambaran ini menunjukan bahwa perjalanan orang percaya untuk memperoleh kebenaran bukanlah hal mudah. Siapkah kita untuk menerima seluruh konsekuensi hidup untuk memperolah janji-janii-Nya ?

Semoga dengan kebangkitan Kristus Yesus, semangat kita dibangun kembali.

Tuhan memberkati,

Thursday 28 March 2013

JANGAN LUPA GETSEMANI

Taman ini menjadi sangat terkenal bukan karena delapan pohon Zaitun yang sudah berumur lebih dari ribuan tahun. Bukan juga karena tanaman bunga yang indah dan menawan hati. Taman Getsemani yang dalam bahasa Ibraninya “Gat Shemanim” atau Kilang Minyak Zaitun menjadi tekenal karena ada orang penting yang pernah mengunjunginya pada hari kamis malam.

Di Getsemani Tuhan Yesus membuat sebuah keputusan yang menentukan nasib surga dan dunia. Di taman inilah nasib kehidupan umat manusia ditentukan, setelah lebih dari 33 tahun ia Bergumul. Ia harus memikul dosa seluruh dunia. Hanya Dia yang tahu, hanya Dia yang mampu. Secara manusia ia takut. Hatinya gundah dan gelisah. Hati kecilnya mengatakan "kalau boleh cawan ini berlaku dari padaku. Kalau bisa, saya terbebas dari jalan hidup yang seperti ini. Kalau ada, biarlah orang lain saja yang manggantikannya. Kalau mungkin, dibatalkan saja rencana-Nya."

Sementara ketiga muridnya tidur pulas, seolah tidak mau tahu. Yesus bergelut sendiri. Peperangan itu sangat menekan batinnya. Begitu bertanya pergumulan yang sedang dihadapinya hingga pembuluh darahnya pecah. Keringat dingin bercampur dengan darah menetes ke bumi membasahi Taman Getsemani. Selama ini Getsemani dikenal sebagai tempat pemerasan minyak zaitun, namun malam itu sang Juru Selamat harus memeras keringatnya karena harus memikul semua kesalahan dan beban hidup kita.

Di Getsemani, Yesus telah memilih jalan taat bukan jalan sukses menurut ukuran dunia. Banyak rekannya yang mengatakan bahwa anak tukang kayu dari Nazaret itu frustasi dan mengalami disolusi karena gagal membabaskan bangsanya dari penjajahan. Itulah sebabnya ia memilih mati muda dengan sia sia. Siapa bilang Ia mati dengan sia sia? Yesus memang tidak pernah mengatakan bahwa Ia akan mengangkat senjata melawan penguasa. Ia juga menolak untuk dijadikan raja.

Ia datang ke dalam dunia hanya dengan satu tujuan, membebaskan manusia dari segala beban dosa. Memulihkan hubungan antara manusia dengan penciptanya. Mengembalikan citra umat manusia seperti sedia kala. Untuk itu ia harus menjalani hukuman yang paling nista. "Salibkan dia...salibkan dia..." Ya.. Jalan salib adalah satu satunya. Tidak ada pilihan lain. Memang hina dan memalukan. Berat dan menyakitkan. Syukur kepada Allah, malam itu Dia telah memutuskan "Bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendak-Mu" Jangan lupa Getsemani, jangan lupa cinta Allah, jangan lupa siksa Yesus. Mari ke Golgota.

KASIH SAYANG SEORANG IBU

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Mari bersama saya,
Dari lubuk hati yang paling dalam katakan ;

"I LOVE YOU MAMA"

Wednesday 27 March 2013

KALIMAT-KALIMAT BIJAK MALAM INI


====

Uang itu datang dan pergi,
tetapi pengetahuan datang dan bertumbuh.

Kehilangan adalah cara terbaik untuk bersyukur,
namun jauh lebih baik bersyukur karena tidak kehilangannya.

Mengambil hak orang lain sama seperti meminum air laut ,
karena semakin diminum akan semakin haus.

Bagi orang Sukses, Bangkrut adalah bagaikan bayar Uang Kuliah ,
Krisis itu bagaikan Peluang, semua Hinaan adalah penambah Motivasi.

Saat berada jauh orang akan merindukan rumah,
saat di rumah terus-terusan orang hampir mati karena bosan.
Pada dasarnya banyak manusia yg sulit menghargai apa yg didekatnya.

Lihatlah keatas untuk belajar,
lihatlah kebawah untuk bersyukur,
dan lihatlah sekelilingmu untuk
berhati-hati.

Hanya melalui kesulitanlah,
seringkali manusia baru mau mengangkat tangannya kepada
Tuhan..... untuk memohon

Malam .... bukan hanya milik rasa letih,
tapi juga milik rasa syukur atas kekuatan yang Tuhan berikan untuk menjalani hari.

Kalah adalah kesempatan untuk beristirahat dari kemenangan kecil
untuk mempersiapkan kemenangan yang lebih besar.

Dalam sejarah selalu saja ada
Seorang Tokoh yang berhasil mengalahkan kemustahilan,
Pastikan saja itu adalah Anda !!!

Saat beban berat ada dipundakmu,
janganlah hanya bisa mengeluh
Anggap saja km belum menyelesaikan rencanamu yg terbaik .

Tidak ada untungnya disukai,
tidak ada ruginya dicaci, selama
kita selalu melakukan yg terbaik.

Lelah adalah efek samping dari kerja keras,
kepuasan dan prestasi adalah komplikasinya
=====

CERITA MENGHARUKAN DARI SEEKOR TIKUS

Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,
''Hmmm...makana­n apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?''

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
''Ada perangkap tikus di rumah!...di rumah sekarang ada perangkap tikus!...''
 
Ia mendatangi ayam dan berteriak,
''Ada perangkap tikus!''
Sang Ayam berkata,
''Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku''

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata,
''Aku turut bersimpati...ta­pi tidak ada yang bisa aku lakukan.''

Tikus lalu menemui Sapi.
Ia mendapat jawaban sama.
''Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali''

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Sang ular berkata,
''Ahhh...Perang­kap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku''

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban.

Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.

Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.

Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.

Masih saja, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang­ Tikus menatap dengan penuh kesedihan.
Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Moral Cerita :
''Suatu hari... Ketika anda mendengar seseorang dalam kesulitan dan mengira itu bukan urusan anda...
Pikirkanlah sekali lagi,! Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita.''

BAYANG-BAYANGNYA BERBENTUK SALIB

Pada tahun 1967, ketika mengikuti pelajaran di kelas fotografi Universitas Cincinnati, aku berkenalan dengan seorang pemuda bernama Charles Murray. Ia adalah siswa di sekolah yang sama denganku, yang sedang dilatih untuk persiapan olimpiade musim panas tahun 1968 sebagai seorang pelompat indah papan kolam renang. Charles sangat sabar terhadapku ketika aku berbicara selama berjam-jam dengannya tentang Yesus Kristus dan bagaimana Ia telah menyelamatkanku.

Charles tidak dibesarkan dalam keluarga yang beribadah di gereja mana pun. Jadi, semua yang kuceritakan kepadanya memesonanya. Ia bahkan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pengampunan dosa. Akhirnya, tibalah harinya untukku mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. Aku bertanya apakah ia menyadari kebutuhan dirinya akan seorang Penebus, dan apakah ia siap untuk memercayai Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya. Aku melihat wajahnya berubah dan perasaan bersalah tergambar di situ. Namun, jawabannya tegas sekali, "TIDAK!"

Hari berikutnya, ia tampak diam dan sering kali aku merasa bahwa ia menjauhiku. Sampai suatu hari, aku menerima telepon dari Charles. Ia ingin mengetahui di mana ia dapat menemukan beberapa ayat dalam Perjanjian Baru yang telah kuberikan kepadanya mengenai keselamatan. Aku memberikan referensi menuju beberapa pasal dan bertanya apakah aku dapat menemuinya. Ia menolak tawaranku dan mengucapkan terima kasih untuk ayat-ayat yang kuberikan. Aku dapat menebak bahwa ia amat gelisah, tetapi aku tidak tahu di mana ia berada atau bagaimana cara menolongnya. Karena, saat itu ia sedang berlatih dengan fasilitas khusus milik universitas untuk menghadapi olimpiade.

Di antara pukul 22.30 -- 23.00 malam itu, Charles memutuskan untuk berenang dan melakukan sedikit latihan lompat papan. Malam pada bulan Oktober itu sangat cerah, bulan tampak penuh dan cemerlang. Kolam renang universitas kami berada di bawah langit-langit kaca sehingga bulan dapat bersinar terang melalui puncak dinding di areal kolam.

Ketika Charles mendaki papan lompat yang paling atas untuk melakukan lompatannya yang pertama, Roh Allah mulai menempelak dosa-dosanya. Semua ayat yang telah dibacanya dan kenangan saat aku bersaksi kepadanya tentang Kristus mulai memenuhi benaknya. Ia berdiri di atas papan dengan membelakangi kolam untuk melakukan lompatannya, merentangkan kedua tangannya untuk keseimbangan, memandang ke atas dinding, dan melihat bayang-bayangnya sendiri yang disebabkan oleh cahaya bulan. Bayang-bayangnya berbentuk salib. Ia tidak dapat menahan beban dosanya lebih lama lagi.

Hatinya hancur dan ia duduk di atas papan lompat itu dan meminta Allah untuk mengampuninya dan menyelamatkannya. Ia menerima Yesus Kristus di ketinggian lebih dari 20 kaki (7 meter) dari tanah. Tiba-tiba lampu di areal kolam menyala. Petugasnya masuk dan mengadakan pemeriksaan kolam.

Ketika Charles menengok ke bawah dari atas papan itu, yang dilihatnya adalah kolam yang kosong yang telah dikeringkan untuk beberapa perbaikan. Hampir saja ia menerjunkan dirinya menuju kematian, tetapi salib telah menghentikannya dari bencana tersebut.

Diambil dan disunting dari:
Nama buletin: Buletin Sinode GUPDI, Edisi IV/2002
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Sinode GUPDI, Solo 2002
Halaman: 33

KETAKUTAN BUKANLAH SEBUAH PILIHAN


Dalam kehidupan kita di dunia ini pasti pernah merasakan yang namanya ketakutan. Ketakutan tidak mempunyai pasangan hidup, ketakutan dalam hal keuangan, ketakutan akan kegelapan, ketakutan tidak bisa menjadi orang tua yang baik, dan ketakutan-ketak­utan hidup lainnya.

Pernahkah kita secara sungguh-sungguh­ mencari jawaban, ‘mengapa saya menjadi takut?'
Paulus adalah salah seorang rasul yang dikenang sampai sekarang ini sebagai rasul yang menulis banyak kitab di dalam perjanjian baru.

Dalam satu tulisannya kepada jemaat Kolose, ia mengingatkan jemaat di kota tersebut untuk memelihara damai sejahtera Kristus yang tinggal di dalam hidup mereka. Paulus sadar bahwa bila damai sejahtera itu hilang maka iman jemaat Kolose akan gampang digoyahkan oleh Iblis.

Mereka akan mudah menjadi takut. Begitupun sebenarnya dengan hidup orang-orang Kristen saat ini. Orang-orang Kristen yang hidup di bumi ini sebenarnya tidak perlu takut akan hal apapun apabila damai sejahtera itu tinggal dalam hidup mereka.

Damai sejahtera berbicara mengenai Tuhan tinggal dan berbicara dalam hidup kita. Namun, mengapa kita masih takut?

Jawabannya adalah karena kita membiarkan Iblis berbicara dalam hidup kita. Iblis itu licik dan tahu kelemahan manusia. Ia menggunakan hal- hal nyata untuk menakut-nakuti manusia hingga kehilangan damai sejahtera.

Ketika kehilangan damai sejahtera, ketak
utan itulah yang tinggal dan menyelimuti hidup manusia. Oleh karena itu, mulailah Anda menutup telinga atas bisikan- bisikan si jahat dan mulai mendengar suara Tuhan yang memberi kekuatan untuk menjalani hari-hari ke depan di bumi ini.

Ketakutan adalah ciri orang yang menomor duakan suara Tuhan, dan lebih mendengarkan suara si jahat

[Kolose 3:15]

"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah."

ANJING YANG PINTAR

Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya. Ia sangat terkejut melihat seekor anjing datang ke samping tokonya. Ia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi. Maka, ia menghampiri anjing itu dan melihat ada suatu catatan di mulut anjing itu. Ia mengambil catatan itu dan membacanya,” tolong sediakan 12 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada
di mulut anjing ini.”

Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 10 dollar disana. Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu. Si penjual daging sangat terkesan. Kebetulan saat itu adalah waktu tutup tokonya, ia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik dimulut, sambil menunggu lampu penyeberang berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang sementara si penjual daging mengikutinya.

Anjing tersebut kemudian sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat “papan informasi jam perjalanan”.
Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing melihat “papan informasi jam perjalanan” dan kemudian duduk di salah satu bangku yang disediakan. Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus dan kemudian kembali ke tempat duduknya.

Bus lain datang. Sekali lagi bus lainnya datang. Sekali lg si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya. Setelah melihat bhw bus tersebut adalah bus yang benar, si anjing naik. Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan naik ke bus tersebut.

Bus berjalan meninggalkan kota, menuju ke pinggiran kota. Si anjing melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan dua kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung di mulutnya.

Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil dikuti si penjual daging. Si anjing berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga.

Kemudian, ia mundur, berlari dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke pintu rumah tersebut. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik dan menunggu di pintu.

Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan mulai menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya, serta menyumpahinya.
Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut,” Apa yang kau lakukan ..??!! Anjing ini adalah anjing yang jenius. Ia dapat masuk televisi untuk kejeniusannya.”

Pria itu menjawab,” Kau katakan anjing ini pintar??? Dalam minggu ini sdh dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kuncinya ..!!!”

Inspirasi Cerita :
Cerita ini sering terjadi dalam kehidupan kita. Banyak orang yang tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka dapat. Seringkali kita tidak menghargai bawahan kita yang telah bekerja dengan setia selama bertahun-tahun. Seringkali kita juga tidak menghargai atasan kita yang dipakai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita selalu menonjolkan kesalahan dan kelemahan tanpa melihat kelebihan dan jasa orang lain.

RABBI, HARUSNYA AKU YUDAS ISKARIOT, AKU PAHLAWAN MU

Gila! Aku sudah melakukan satu kegilaan! Hahahahahahahhaha Rabbi yang ku pikir bisa segalanya aahh ternyata aku hanya menuai kecewa!!

Siapa aku??? aku YUDAS!! Yudas dengan semua pikiran cerdasku! Siapa yang bisa melawan kecerdasanku??? hanya dengan ciumanku 30 keping perak jatuh ketanganku!!

Yesus??? Kau katakan kau guru agung??? Oooohhh Rabbi dimana keajaibanmu saat ini???? !
Ooooohh rabbi…. Dimana semua mujizat-mujizat yg kau pertontonkan selama ini?? Mengapa Kau tiba-tiba mendadak begitu pasrah pada ribuan siksa????

Keeping-keping perak itu sudah ditanganku rabbi! Kau tinggal berucap dan semua selesai!! Bagilah sedikit bahagia untuk muridmu ini! Sedikiiit!! Kau bisa!! Kau pasti bisa! Aku yakin itu!!
kau bisa lakukan apapun!! Orang mati kau sanggup hidupkan!

Ingatkah kau rabbi… saat 5 ketul roti dan 2 ikan sanggup menutup lapar ribuan manusia??? Mengapa saat tergenting untuk jiwaMU sendiri KAU justru begitu pasrah???

Hahahahaha apapun kataku! Nyatanya mau terbunuh begitu saja! Bukankah Paradikma yang menyakitkan pasti sangat memalukan!!

Harusnya ini kesempatanmu! Harusnya aku Yudas Iskariot! aku pahlawanmu bukan??? Melalui aku kau bisa buka ribuan mata manusia ttg siapa dirimu sebenarnya!!

Mengapa kau hanya bungkam???? Tak satu katapun keluar darimu! Kau DIAM!! Rabbi Aku benci diamMU!! Benci!!

Rabbi… aku melihat darah!! aku melihat darahmu! Aku melihat pukulan-pukulan itu kau terima! Aaaahhhhh! Mengapa Kau diam????

Semua sudah terlanjur aku lakukan! Tanganku… tanganku.. tanganku berlumuran darah !!
Sungguh.. aku tidak pernah menginginkan kematianmu…

Apa yg kucari dari sebuah kematian???
Darah ganti darah??
Mata ganti mata??

Bukan itu mauku ya Rabbi!!!
Terkutuklah darahku!! Terkutuklah nadi-nadiku!!
Oohhh Rabbi… harusnya Kau bisa hentikan atraksi gila itu!
Bungkam mulut lacur jahanam para penceracau dosa itu! Ini kesempatan yang aku bukakan untukmu!
Tapi mengapa kau LEMAH!! Kau LEMAH!! Kau sebentar lagi berkafan!!

Ya Rabbi……
Manusia macam apa aku ini???
Cacahan ragakupun tak layak dimakan anjing!!
Aku manusia haram jadah!!
Mati!! Aku harus mati Rabbi!!

♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦

Penyesalan..
Apa yang bisa kita dapatkan dari sebuah kata SESAL??? Depresi, mengutuki diri dan berakhir pada KEMATIAN, atau satu PENYESALAN membawa kita pada Titik Balik untuk sebuah PERTOBATAN,

Teman...
Hidup kita boleh berlumuran dosa,cinta manusia boleh saja membuat kita Patah, atau mungkin cerita hidup  menjerumuskan kita pada kata SESAL
keputusan yang TERLANJUR kita pilih bisa membuat kita pada titik-titik sesal yang menakutkan bahkan mengerikan, perasaan sedih, hancur, tidak berguna, menangisi diri adalah hal yang sangat wajar dalam sebuah PENYESALAN.

Pertanyaannya...
Setelah SESAL keputusan apalagi yang kita pilih??
Mengakhiri HIDUP seperti yang YUDAS ISKARIOT lakukan atau menjadikan itu titik balik untuk mengubah hidup menjadi jauh lebih berguna.

MENGAKHIRI HIDUP karena bentuk PENYESALAN apakah itu akan benar-benar menjadi AKHIR???
Apalah bentuk sesal itu hanya tanamkan dalam Hati...
CINTA ITU ADA DAN ADA SELALU
SANG MAESTRO AGUNG tidak pernah salah Cipta
Tidak pernah ada dalam kamus SANG ILAHI Produk Gagal
DIA hembuskan Roh dalam Raga kita dengan Cinta...
Kita Berharga Dimata NYA...


♥♥♥♥♥♥♥♥
Selamat mempersiapkan hati untuk menyambut PASKAH bagi semua yang merayakan :)