Seorang pendeta baru saja pulang dari luar negeri dengan menaiki sebuah pesawat. Tiba-tiba ia merasakan pesawat bergetar. Diumumkan bahwa ada badai diluar dan pesawat sedang mengalami turbulensi. Para penumpang diharap memakai sabuk pengaman. Suasana makin mencekam saat lampu berkedip-kedip dan pesawat terasa naik turun. Pendeta itu menahan napas sambil mengamati penumpang lain yang tampak ketakutan. Ada yang berdoa, ada yang berpegangan tangan, ada yang hampir menangis, ada yang pucat, dan lain-lain.
Tapi,,tiba-tiba pandangan pendeta itu berhenti pada seorang gadis kecil. Aneh, gadis kecil itu tampak tenang dan asyik membaca buku yang ia bawa. Sesekali ia berhenti dan memejamkan mata, mungkin karena agak pusing akibat pesawat yang bergoncang. Tapi tak lama kemudian, ia kembali membaca Pendeta itu heran. Maka setelah pesawat kembali tenang, ia mendatangi gadis kecil itu lalu berkata, "Wah, kamu berani sekali nak. Tadi saya lihat kamu sangat tenang."
Gadis kecil itu melihatnya dengan mata tak berdosa. "Kenapa harus takut? Pilot pesawat ini adalah ayahku dan ia pasti membawaku dengan selamat."
Banyak orang yang mengaku percaya pada TUHAN, tapi seperti kisah di atas, hal itu harus dibuktikan dulu saat badai kehidupan datang.
Bagaimanakah dengan diri kita sendiri saudara? Jujur,, banyak orang baru mengakui kekuatan TUHAN saat ia sudah diangkat atau diluputkann dari bahaya.
Saat kita sudah disembuhkan, baru kita berani bersaksi. Saat kita sudah mendapat bantuan secara ajaib, baru kita memuji DIA.
Namun, berapa banyak yang mau percaya saat masih ditengah badai masalah? berapa banyak yang justru makin beriman saat masalah bertambah banyak?
Tapi....Kita harus ingat, iman kita akan tampak,, justru saat badai masalah datang, apakah kita emas, perak atau tembaga. Karena emas ketika di bakar dia akan memisahkan diri dari campurannya, supaya dia bisa menjadi murni dan asli. Mari jadilah emas-emas murni bagi perbendaharaan Rumah TUHAN.
TUHAN memberkati kita semua, tetap setia kepadaNYA
No comments:
Post a Comment