"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Thursday 6 June 2013

SEBUAH KISAH KLASIK BERKENAAN DENGAN KELUARGA

Alkisah pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek-nenek. Pesta inipun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan. Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut. Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yg cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka telah dikaruniai anak-anak yg sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga yg sangat ideal.

Disela-sela acara makan malam yg telah tersedia, pasangan yg merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka inipun terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yg sangat menggiurkan yg merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakekpun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.

Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran. Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek, "Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yg ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yg sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yg sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini."

Sang kakekpun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya sang kakekpun menjawab, "Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yg terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yg sangat aku suka. Namun aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yg terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yg sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yg tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf istriku."

Mendengar hal tersebut, sang nenekpun menangis. Merekapun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yg hadir sehingga akhirnya merekapun ikut terharu.


Kadang kala kita terkejut mendengar atau mengalami sendiri suatu hubungan yg sudah berjalan cukup lama dan tidak mengalami masalah yg berarti, kandas di tengah-tengah karena hal yg sepele, seperti masalah pada cerita di atas. Kualitas suatu hubungan tidak terletak pada lamanya hubungan tersebut, melainkan terletak sejauh mana kita mengenali pasangan kita masing- masing. Hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yg dilandasi dengan keterbukaan. Oleh karena itu, mulailah kita membina hubungan kita berlandaskan pada kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.

No comments:

Post a Comment