"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Tuesday, 9 April 2013

MEMILIH UNTUK MENGAMPUNI

Pertanyaan yang seringkali muncul dalam hal mengampuni adalah sampai sejauh mana saya mengampuni? Apakah dengan mengampuni maka orang tersebut bebas dari tuntutan hukum? Inilah dilema yang kadangkala menjadi tanda tanya. Dalam kasus kriminal, ada orang yang mengampuni kemudian orang yang membuat kejahatan bebas dari segala tuntutan hukum. Tetapi ada yang mengampuni namun proses hukum tetap dijalankan oleh aparat hukum. Pertanyaannya, mengampuni seperti apakah yang ideal dan dianjurkan oleh kitab suci?
Inilah yang merupakan persoalan pokok dalam Alkitab. Pengampunan penting bagi hubungan kita dengan Allah, dengan sesama kita dan bahkan dengan diri kita sendiri. Pengampunan merupakan inti pertumbuhan baik rohani maupun emosi.

Kitab suci mengajarkan kepada kita bahwa kasih karunia dan keselamatan bersifat tanpa syarat. Hal ini berlaku mutlak dalam arti bahwa kita sama sekali tidak berhak mendapat kasih karunia atau kasih Allah, dan tak ada yang dapat kita lakukan untuk mendapatkannya; tidak ada syarat-syarat tentang kebaikan apa yang yang harus kita penuhi untuk menerimanya.

Keselamatan diberikan kepada kita dengan cuma-cuma sebagai anugerah Tuhan. Dalam hal mengampuni, orang-orang yang mengampuni adalah orang-orang yang memilih untuk mengampuni. Tidak ada yang otomotis, tanpa disengaja, atau terjadi secara kebetulan berkaitan dengan pengampunan. Itu adalah suatu pilihan dan merupakan tindakan dari kehendak. Orang-orang yang memilih untuk mengampuni sehingga terjadinya pemulihan adalah orang-orang yang memutuskan untuk mengakhiri kebencian dan keinginan untuk menghukum. Mereka memiliki kerelaan untuk melepaskan semua klaim untuk menjatuhkan hukuman atas suatu pelanggaran. 

Pengampunan memampukan seseorang untuk melepaskan kemarahan, kebencian, kepahitan, malu, kesedihan, penyesalan, rasa bersalah, dan emosi-emosi lain yang meracuni yang terkubur di dalam jiwa dan membuat seseorang sakit, baik secara emosional maupun fisik. Pengampunan melepaskan lapisan-lapisan kepedihan dan menyembuhkan luka-luka emosional. 

Pada saat seseorang berkata "aku mengampuni" adalah seperti mandi secara emosional. Pengampunan membersihkan dan membebaskan jiwa yang terjebak. Kadang-kadang kita harus mengulang-ulang tindakan pengampunan setiap kali ingatan baru muncul akibat sakit hati dan kebencian yang mendalam. Pengampunan merupakan proses dimana pada saat kita mengambil keputusan untuk mengampuni maka hal itu akan teruji dengan waktu. Makanya Tuhan Yesus berkata "ampunilah tujuh puluh kali tujuh kali". Pengampunan tidak menuntut bahwa seseorang mengecilkan keabsahan luka hatinya, besarnya rasa sakit ia rasakan, atau pentingnya pengalaman yang menyakitkan itu. Hal ini tidak berarti seseorang bisa berkata "ini tidak masalah' atau "ini bukan kesalahan besar yang telah ia lakukan terhadap aku." Sebaliknya berkata, "aku memilih untuk tidak menyimpan perasaan tidak mau mengampuni terhadap seseorang yang melukai aku".

Pengampunan tidak berarti melepaskan seseorang dari kail sehingga tidak ada tuntutan keadilan. Seorang yang mengampuni masih dapat menuntut seseorang dipengadilan atau menghadapi hukuman yang sah atas kejahatan yang telah ia lakukan kepadanya. Pengampunan berarti menempatkan orang lain secara tepat ditangan Allah, dan mengizinkan Allah mengerjakan keadilan-Nya dalam kehidupan orang tersebut. Itu adalah percaya kepada Allah untuk berurusan dengan orang yang melakukan kejahatan, menyebabkan situasi yang sulit, dan ingatan-ingatan yang mengerikan tentang peristiwa yang mengerikan. Itu adalah percaya kepada Allah untuk menyembuhkan luka batin. Pada akhirnya, keadilan Allah - serta belas kasihan Allah, kasih dan kerinduan untuk menebus dan mengampuni - akan selalu jauh lebih berkualitas dibanding yang dapat dilakukan oleh manusia. 

Pengampunan berarti dapat mengasihi oleh karena tak mungkin untuk mengasihi seseorang, namun pada saat yang sama menyimpan dendam terhadap orang tersebut, orang yang telah melukai, menolak atau yang telah menyebabkan luka emosional anda. Hanya pengampunan yang sejati dapat memadamkan bara panas dari perasaan yang meracuni dan dapat membebaskan seseorang untuk dapat hidup bebas dari luka batin yang mendalam. 

Keuntungan dari pengampunan adalah dapat membuat seseorang terhindar dari bebagai penyakit.Insiden penyakit jantung misalnya, lebih tinggi dalam diri orang-orang yang mengaku tak dapat mengampuni. Terbukti dalam suatu penelitian yang berhubungan, tingkat-tingkat emosional menurun hampir 40% dalam satu minggu selama pelatihan tentang pengampunan dan pemulihan. Depresi juga menurun secara tajam. Para partisipan dilaporkan secara statistik mengalami peningkatan yang tajam dalam hal tenaga fisik dan perasaan sejahtera secara umum, dan 35% dari orang-orang dalam penelitian ini berkata bahwa "tekanan mereka berkurang" 

Akibat dari kegagalan mengampuni atau tidak terjadinya pemulihan, sama dengan melukai diri sendiri. Ketidakrelaan mengampuni jarang melukai orang yang telah melukai anda, karena kebanyakan orang yang tidak dapat mengampuni tidak dapat dipulihkan sehingga banyak orang begitu kasar atau tak peduli, sehingga mereka tak sadar ketika telah menyakiti orang lain. 

Inilah mujizat yang terbesar dimana Tuhan Yesus sudah mengampuni kita dan telah memulihkan hubungan kita dengan Allah. Kini saatnya kita mengampuni karena sudah diampuni oleh Tuhan sehingga memulihkan hubungan dengan sesama. "Ampunilah karena kamu sudah diampuni"

TUHAN YESUS MEMBERKATI

No comments:

Post a Comment