"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Wednesday, 10 April 2013

STOP SOMBONG !!!!

Blaise Pascal dalam salah satu ungkapannya pernah berkata: “Ada dua macam manusia, pertama adalah orang benar yang merasa dirinya berdosa, dan kedua adalah orang berdosa yang merasa dirinya benar.”
Kalau kita renungkan, tentu macam orang yang pertama tidaklah menjadi masalah bagi kita, memang sudah seharusnya kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Tetapi macam orang yang kedua, jelas berbahaya, ini adalah golongan orang yang membesar-besarkan diri secara keterlaluan, bahkan melebihi dari nilai diri yang sebenarnya. Dengan kata lain sebenarnya kita bisa menyebut yang pertama sebagai orang yang rendah hati, dan yang kedua sebagai orang yang sombong.

Setiap orang dapat memiliki sikap sombong. Dan yang lebih ‘parah’ adalah bahwa kesombongan merupakan kecenderungan terbesar yang sering menggoda seseorang untuk melakukannya. Dan hal ini pun dapat terjadi pada anak-anak Tuhan, dan harus disadari bahwa “Kesombongan merupakan dosa yang sangat berbahaya, karena itu kita harus berupaya untuk memerangi dan menjauhinya.”


Jika kita lihat dalam Amsal 6:16-17, maka kita akan menemukan kata ‘kesombongan’ pada urutan pertama dari 7 perkara yang menjadi kekejian hati Tuhan. Hukuman Allah terhadap orang-orang yang sombong, tidak berhenti pada kisah kejatuhan Lucifer. Kita lihat beberapa peristiwa lain yang tercatat di Alkitab mengenai hukuman atas dosa kesombongan atau kecongkakan. Misalnya: Kita tentu ingat dengan baik apa yang menyebabkan keruntuhan menara babel (Kejadian 11:1-9), juga Nebukadnezar yang karena kesombongannya dihukum oleh Allah dengan cara dihalau dari kerajaannya dan hidup seperti binatang (Daniel 4:28-37); belum lagi Raja Herodes, yang karena keangkuhannya, ditampar oleh malaikat Tuhan sehingga ia mati dan dimakan cacing-cacing (Kisah Rasul 12:22-23).

Pada tanggal 15 April 1912, sebuah kapal pesiar dengan panjang 265 meter, lebar 28 meter, dan tinggi 52,2 meter, dengan memuat penumpang 1500 orang, berlayar di sepanjang lautan atlantik. Kapal ini begitu megah dengan berbagai fasilitas yang luar biasa. Dapat dipastikan kapal ini juga dirancang sedemikian rupa dan dengan peralatan yang kuat. Menyadari akan kehebatan kapal ini, sampai-sampai seorang perancang kapal tersebut berkata: “Tuhan pun tidak akan dapat menenggelamkan kapal ini.”

Pada malam tanggal 15 April 1912, tanpa diduga oleh ‘seorang pun’ kapal tersebut menabrak sebuah gunung es dengan sangat hebat, yang menewaskan lebih dari setengah penumpang kapal yang berjumlah 1500 orang tersebut. Lenyaplah sudah kapal yang megah itu berikut segala kebanggaan dan kesombongan dari orang-orang yang mengagumi kapal tersebut. Itulah kapal "Titanic" yang mana tragedinya tetap diingat oleh dunia sampai saat ini.

Siapa yang menduga sebelumnya jika kapal yang megah dan kuat tersebut akan hancur dalam waktu semalam. Kehancuran kapal Titanic bukanlah suatu hal yang kebetulan. Tuhan melihat ada kesombongan dibalik kemegahan kapal tersebut, dan saat itulah Tuhan segera bertindak. Tuhan tdk dapat membiarkan kesombongan terus ‘bertakhta’ dihati manusia, yang membuat manusia tidak lagi melihat atau bergantung pada kedaulatan Allah.

Kita yang disebut anak-anak Tuhan, bukan berarti kita dapat bebas dari dosa kesombongan. Sebaliknya, kita pun sewaktu-waktu bisa jatuh dalam dosa kesombongan ini. Ketika kita berbicara tentang ‘kesombongan’ ini, mungkin dalam hati kita berkata: “Oh…puji Tuhan, karena selama ini saya bisa mengendalikan diri saya sehingga saya tidak menjadi seorang yg sombong. Yang jadi pertanyaan: ‘Benarkah kita selama ini “bebas” dari rasa sombong? Bukankah ketika dengan bangganya kita berkata bahwa kita bukan seorang yang sombong, sebenarnya kita telah menunjukkan betapa sombong diri kita sebenarnya’.

Mungkin seringkali tanpa kita sadari, kita telah menjadi orang-orang yang sombong. Ada banyak hal yang dapat membuat kita menjadi sombong. Pendidikan, keberhasilan, pekerjaan, rumah tangga, kekayaan, & kecantikan…. Oh banyak sekali. Bahkan kita juga dapat menjadi sombong atas segala talenta dan karunia yang kita miliki. Kita merasa kita memiliki nilai “lebih” dari orang lain, apalagi ketika melihat karunia itu hanya ada pada diri kita.

Kita perlu ingat bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan berasal dari Allah, oleh karena itu Allah berhak utk mengambil atau mencabut apa yang ada pada diri kita sekarang ini, dan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tuhan dapat ‘menindak atau menghukum’ kita karena kesombongan kita, dengan berbagai caranya yang tak terduga.

So, Jgnlah kita sombong!

Seorang petani yang bijaksana mencabut lalang pada waktu lalang itu masih muda supaya jangan menyebarkan benih dan menjadi semakin banyak. Oleh karena itu, hendaklah kita waspada terhadap pikiran yang congkak, mengakuinya, dan menyingkirkannya. Jika suatu pikiran yang congkak kita biarkan, maka pikiran itu akan menjadi seperti seekor ular yang berbisa bagi kita. Tetapi marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah, datang pada salib Kristus dan menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam kristus Yesus. Filipi 2 : 5 – 8, biarlah dengan teladan Kristus ini, selalu mengingatkan dan mendorong kita untuk senantiasa merendahkan diri, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Amin.~

No comments:

Post a Comment