"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Thursday 28 March 2013

JANGAN LUPA GETSEMANI

Taman ini menjadi sangat terkenal bukan karena delapan pohon Zaitun yang sudah berumur lebih dari ribuan tahun. Bukan juga karena tanaman bunga yang indah dan menawan hati. Taman Getsemani yang dalam bahasa Ibraninya “Gat Shemanim” atau Kilang Minyak Zaitun menjadi tekenal karena ada orang penting yang pernah mengunjunginya pada hari kamis malam.

Di Getsemani Tuhan Yesus membuat sebuah keputusan yang menentukan nasib surga dan dunia. Di taman inilah nasib kehidupan umat manusia ditentukan, setelah lebih dari 33 tahun ia Bergumul. Ia harus memikul dosa seluruh dunia. Hanya Dia yang tahu, hanya Dia yang mampu. Secara manusia ia takut. Hatinya gundah dan gelisah. Hati kecilnya mengatakan "kalau boleh cawan ini berlaku dari padaku. Kalau bisa, saya terbebas dari jalan hidup yang seperti ini. Kalau ada, biarlah orang lain saja yang manggantikannya. Kalau mungkin, dibatalkan saja rencana-Nya."

Sementara ketiga muridnya tidur pulas, seolah tidak mau tahu. Yesus bergelut sendiri. Peperangan itu sangat menekan batinnya. Begitu bertanya pergumulan yang sedang dihadapinya hingga pembuluh darahnya pecah. Keringat dingin bercampur dengan darah menetes ke bumi membasahi Taman Getsemani. Selama ini Getsemani dikenal sebagai tempat pemerasan minyak zaitun, namun malam itu sang Juru Selamat harus memeras keringatnya karena harus memikul semua kesalahan dan beban hidup kita.

Di Getsemani, Yesus telah memilih jalan taat bukan jalan sukses menurut ukuran dunia. Banyak rekannya yang mengatakan bahwa anak tukang kayu dari Nazaret itu frustasi dan mengalami disolusi karena gagal membabaskan bangsanya dari penjajahan. Itulah sebabnya ia memilih mati muda dengan sia sia. Siapa bilang Ia mati dengan sia sia? Yesus memang tidak pernah mengatakan bahwa Ia akan mengangkat senjata melawan penguasa. Ia juga menolak untuk dijadikan raja.

Ia datang ke dalam dunia hanya dengan satu tujuan, membebaskan manusia dari segala beban dosa. Memulihkan hubungan antara manusia dengan penciptanya. Mengembalikan citra umat manusia seperti sedia kala. Untuk itu ia harus menjalani hukuman yang paling nista. "Salibkan dia...salibkan dia..." Ya.. Jalan salib adalah satu satunya. Tidak ada pilihan lain. Memang hina dan memalukan. Berat dan menyakitkan. Syukur kepada Allah, malam itu Dia telah memutuskan "Bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendak-Mu" Jangan lupa Getsemani, jangan lupa cinta Allah, jangan lupa siksa Yesus. Mari ke Golgota.

No comments:

Post a Comment