"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.." (Mazmur 23:4)

Saturday 30 March 2013

PENGKHIANAT DAN PENYESALAN

Nama Yudas lengket dengan konotasi pengkhianat. Dan yang namanya pengkhianatan itu bisa terjadi dimana kapan saja. Mulai dari pengkhianat cinta hingga pengkhianat negara, masih sering kita jumpai dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya haru belajar mengantisipasi supaya tidak terjebak di dalamnya. Dalam rengan ini saya mengajak Anda sekalian untuk belajar dai kisah Yudas.

Kalau mau ditelusuri dengan jujur, setiap manusia bisa menjadi pengkhianat dan dikhianati. Karena akarnya adalah keakuan atau ego. Saat keinginan pribadi tidak tercapai, orang bisa berubah dari kawan jadi lawan. Yudas memiliki idealisme sendiri terhadap Yesus. Dalam benak pemuda Yahudi yang saat itu hidup menderita karena dijajah Romawi, mereka membutuhkan sosok pembebas yang bisa memimpin mereka melakukan pembrontakan, dan Yesus adalah orangnya yang paling ideal. Namun dengan tegas Yesus menolaknya. Penolakan itulah yang membuat mereka kecewa. Tidak heran jika mereka yang berteriak "hosana...hosana.." tiba tiba berubah menjadi "salibkan Dia".

Pengkhianatan sering berubah menjadi penyesalan. Itulah yang terjadi dengan Yudas. "Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam- imam kepala dan tua- tua..." Yudas sadar bahwa pengkhianatan itu telah membawa resiko kematian bagi yang dikhianati. Itulah sebabnya ia menyesal. Namun penyesalannya tidak bisa mengubah keadaan, itulah sebabnya dia pergi menggantung diri.

Saya baru mengerti sekarang mengapa Yesus pernah berkata "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." Dengan tegas Yesu berkata, "lebih baik tidak usah dilahirkan daripada mengkhianati Tuhan". Sebuah pernyataan yang tegas dan menakutkan. Makanya jangan sekali kali menjual iman atau mengorbankan hubungan dengan Yesus hanya demi popularitas, pangkat, kekayaan, atau kedudukan. Karena ujung ujungnya adalah penyesalan seumur hidup.

Yakob (samaran) lahir dari keluarga hamba Tuhan yang saleh. Sejak kecil ia ikut sekolah minggu, setelah besar ia rajin melayani dengan talenta yang dimiliki. Yakob pernah memecahkan rekor sebagai pelukis tercepat dan tercatat di musium MURI. Namun sayang sekali gara gara ingin lebih terkenal ia tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya, pergi dengan wanita lain. Bukan hanya itu, ia bahkan meningalkan iman dan hubungannya dengan Tuhan Yesus. Belakangan ini ia menyesal karena ternyata wanita itu telah mengkhianatinya. Hidupnya terlantar, tubuhnya digerogoti penyakit, dan nasibnya mengenaskan. Pengkhianatan selalu membawa penyesalan. "Lebih baik aku mati dari pada hidup kaya begini" kata Yakob meneyesali.

Seadainya Yudas mengikuti langkah Petrus, ia tidak perlu harus mati sia sia. Petrus juga menyangkali Yesus, namun demikian ia sadar menyesal dan menangis. Ia kembali membangun hubungan dengan gurunya dan menjadi pengikutnya meskipun harus dibayar dengan nyawa. Seandainya malam itu Yudas kembali kepada Yesus dan minta maaf, ia tidak perlu pergi menggantung diri. Bukankah Yesus maha pemaaf? Sebaiknya Yakob kembali pada Yesus. Tidak perlu malu, tidak usah sungkan, jangan takut. Berlakulah seperti anak terhilang yang kembali kepada bapanya. Dengan senang hati surga akan menyambut mereka yang telah sadar dan mau kembali. Jangan menunda lagi, sekaranglah waktunya. "Di surga Bapa menanti, pulanglah anak-KU"

No comments:

Post a Comment