Minggu, 10 Desember 2006 adalah hari yang tidak dapat saya lupakan. Pagi itu, saya terbangun pukul 06.00 dengan rasa aneh di sekitar dada yang tidak dapat dijelaskan. Dada saya terasa agak nyeri bercampur sesak, dan saya belum pernah mengalaminya sebelumnya. Saya berkeringat begitu deras, padahal ruangan kamar tidur menggunakan AC.
Seyogianya, saya hendak bersiap ke gereja untuk beribadah
pagi itu. Akan tetapi, bila kondisi saya masih seperti itu, saya mungkin tidak
akan bisa ke gereja. Kemudian, saya duduk dan berdoa, "Tuhan Yesus, tolong
sembuhkan saya."
Namun, setelah selesai berdoa, rasa nyeri itu tidak
hilang. Jadi, saya meminta kaos pada istri saya dan berencana keluar ruangan
untuk lari-lari ringan. Mungkin saja saya kekurangan oksigen di dalam kamar
karena terasa agak sesak.
Saya pun melakukan olahraga kecil, menggerak-gerakkan
badan di luar ruangan untuk mencari udara segar. Namun, setelah beberapa saat
melakukan gerakan badan, bukannya membaik, pandangan saya malah mulai gelap dan
saya limbung. Saya segera masuk kembali ke dalam rumah dan merasa lemas sekali.
Kesadaran saya rasanya mulai hilang. Sambil duduk dan kepala bersandar di meja
makan karena tidak kuat lagi, saya terus berdoa, "Tuhan Yesus, sembuhkan
saya ...."
Pandangan saya semakin gelap dan hal terakhir saya ingat,
saya hanya melihat sebuah titik putih. Semula, istri saya hanya akan membawa
saya ke kamar untuk beristirahat, tetapi ia seperti mendapat hikmat bahwa saya
harus segera dibawa ke rumah sakit. Saat dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa
ke rumah sakit, saya sudah dalam keadaan tidak sadar. Apa yang terjadi
selanjutnya, saya hanya dengar dari istri karena saya tidak tahu apa-apa lagi.
Setelah dibawa ke ruang UGD, dokter menanyakan apa yang
terjadi. Pikir istri saya, mungkin hanya karena gula darah saya turun sehingga
pingsan seperti ini. Namun, setelah dokter memeriksa gula darah, hasilnya bukan
rendah, malah sangat tinggi. Dokter mengatakan bahwa pasti bukan itu
penyebabnya, tetapi ada yang lain. Dokter memeriksa denyut jantung saya dengan
EKG. Hasilnya, grafik yang ditunjukkan berantakan sekali.
Dokter menyatakan saya terkena serangan jantung, dan
harus secepatnya dirujuk ke rumah sakit Harapan Kita karena rumah sakit di sini
tidak memiliki peralatan yang lengkap untuk menangani penyakit jantung. Karena
membutuhkan pertolongan yang sesegera mungkin, dokter memerintahkan supaya saya
dibawa dengan menggunakan ambulans.
Sesampai di RS Harapan Kita, dokter memutuskan untuk
mengambil tindakan operasi saat itu juga. Jika tidak, nyawa saya tidak akan
tertolong. Saya pun segera dibawa ke dalam ruang operasi dan dibius untuk
persiapan operasi. Namun, justru saat di ruang operasi itulah saya tersadar.
Ruangan operasi itu sangat dingin sehingga saya mengerang kedinginan. Saya
berteriak-teriak, "Dingin ... dingin ...."
Namun, operasi tetap dilaksanakan. Dokter memutuskan
untuk memasang ring pada tiga tempat di jantung saya. Namun, saat operasi
sedang berjalan, sebuah keanehan terjadi. Keanehan inilah yang saat ini ingin
saya saksikan kepada pembaca semua. Di tengah-tengah proses operasi, mendadak
istri saya dipanggil. Dokter menanyakan kepada istri saya apakah saya pernah
dioperasi jantung sebelumnya. Istri saya kebingungan, seingatnya tidak pernah.
Jangankan operasi jantung, dirawat di rumah sakit pun saya belum pernah, seumur
hidup saya.
Dokter mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Ia membawa
istri saya ke ruangan monitor operasi. Di sana, istri saya diperlihatkan pada
suatu layar monitor yang menampilkan jantung saya yang sedang dioperasi. Pada
layar itu, dokter memperlihatkan bahwa di jantung saya telah terpasang satu
ring sebelum operasi itu dilakukan. Ring itulah yang menyelamatkan nyawa saya
sejauh ini. Tanpa ring itu, saya pasti sudah tidak bisa tertolong lagi.
Istri saya kebingungan dan hanya bisa meminta dokter
menyelesaikan proses operasinya terlebih dahulu, baru kemudian ia akan
menanyakannya saat saya sudah sadar. Para dokter melanjutkan proses operasinya,
namun hanya memasang dua ring di tempat yang lain karena satu tempat sudah
terpasang ring 'misterius' itu.
Setelah operasi selesai, saya dibawa ke ruang ICU untuk
perawatan selanjutnya. Saat saya sudah sadar, istri saya pun menanyakan hal
tersebut, apakah saya sudah pernah dioperasi jantung sebelumnya tanpa
sepengetahuan dia. Sekarang, saya yang jadi bingung, saya katakan tidak, saya
belum pernah operasi jantung sebelumnya. Istri saya pun menceritakan apa yang
terjadi saat operasi berlangsung, bagaimana ada sebuah ring misterius yang
sudah dipasang di jantung saya, dan ring itulah yang telah menyelamatkan saya.
Di saat itulah, kami baru menyadari bersama bahwa itu
sungguh sebuah mukjizat! Tuhanlah yang menempatkan ring itu dalam jantung saya
dan menyelamatkan saya, sebelum para dokter itu mengoperasi saya.
Kami sekeluarga sungguh bersyukur menyadari bagaimana
Tuhan Yesus telah melakukan sebuah mukjizat yang sungguh ajaib dan nyata. Ilmu
medis tidak bisa menjelaskan hal itu. Mereka beranggapan bahwa saya pasti
pernah dioperasi sebelumnya, bagaimana mungkin sebuah ring ada di situ, siapa
pula yang memasangnya? Tidak ada yang bisa menjelaskannya. Namun, saya tahu apa
yang terjadi dan saya punya jawabannya, Tuhan Yesuslah yang telah meletakkan
ring tersebut di jantung saya. Dialah Tuhan penyembuh, Dokter di atas segala
dokter.
Saya sungguh bersyukur Tuhan telah menyembuhkan saya
dengan ajaib. Sebuah keajaiban yang sungguh nyata dan sungguh terlihat. Saat
ini, saya hidup dalam waktu-waktu bonus yang Tuhan berikan kepada saya, dan
mengambil pelajaran dalam hal ini untuk melakukan gaya hidup yang sehat. Pola
makan dan diet, juga pola hidup antara olahraga dan istirahat yang seimbang.
Dari apa yang saya alami, tidak ada yang dapat
memungkiri, bahwa itu sungguh-sungguh mukjizat yang nyata. Membuktikan kalau
Tuhan Yesus itu sungguh nyata, sanggup menolong dan menyembuhkan saudara juga,
percaya dan berharaplah hanya kepada-Nya. (LM)
Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: VOICE (Full Gospel Business Men's VOICE
Indonesia), Volume 94 - 2008
Penulis: Didi Krisnando
Penerbit: Communication Department Full Gospel Business
Men's Fellowship Internasional - Indonesia, 2008
Halaman: 8 -- 11
No comments:
Post a Comment