Sudi
Yanto Zhu Seorang pelari memulai start lomba marathon dengan "buruk",
ia mengambil posisi langkah yang keliru sehingga tertinggal oleh
beberapa pelari di depannya. Namun ia segera melupakan start yang buruk
itu dan fokus pada perjuangannya. Karena ia terus menjaga irama larinya
maka setelah beberapa kilometer berlari, jarak antara sang pelari itu
dengan pelari-pelari lainnya menjadi kian dekat saja.
Dan
akhirnya pada kilometer ke-30, sang pelari merangsek maju ke urutan
kedua dan jaraknya dengan pemimpin lomba hanya beberapa meter saja.
Mudah ditebak, sang pelari semakin bersemangat untuk mengejar pelari di depannya.
Demikian pula pelari yang memimpin paling depan tentu tidak dengan
mudah membiarkan untuk dilewati. Dan saat memasuki kilometer akhir,
kedua pelari tersebut memimpin di depan meninggalkan pelari-pelari
lainnya di belakang dengan jarak yang cukup jauh.
Menjelang garis
finish kedua pelari segera memacu kecepatan untuk melesat secepat
mungkin untuk menjadi yang pertama. Ketika memasuki garis finish
akhirnya pelari yang melakukan start dengan buruk berhasil mendahului
pelari yang dari awal memimpin dan menjadi juara perlombaan marathon
tersebut.
Ketika kita berpikir sudah berjuang sedemikian
hebatnya mencurahkan segenap daya upaya yang ada namun melakukan
kesalahan, maka selalu tersedia pilihan bagi kita: terus berkubang dalam
kesalahan ATAU bangkit meninggalkannya. Karena kemenangan bukanlah
masalah pengakuan dari orang lain atau apalagi penghargaan atas apa yang
kita raih, melainkan justru pada bagaimana kita melupakan yang
buruk-bangkit dari keterpurukan-fokus pada perjuangan-dan bersemangat
pantang menyerah.....
It doesn't matter how awkward you start, what really matters is how perfect you finish.
Belajar dari yang berlalu, Bermawas pada saat ini, & Berkesadaran menyongsong esok.
*Ongko B
No comments:
Post a Comment