Para
ahli mengungkapkan; jikalau "Clone´ ini berhasil, maka tidak menutup
kemungkinan akan dilakukan "Meng-cloning" manusia. Itu berarti
Jikalau kita sudah tua, lalu kita bisa meminta kepada ahli untuk meng-cloning
seseorang yang percis kita sebagai pengganti. Atau jikalau seorang bapak
mendengar isterinya sakit keras (kanker) dan dokter memvonis tentang
kematiannya, maka ia akan meminta para ahli untuk meng-cloning seorang wanita
untuk dipersiapkan sejak dini sebagai pengganti yang persis isterinya.
Tentang
masalah "Meng-cloning manusia" ini terdapat berbagai perdebatan, baik
ditinjau dari segi etika, moral maupun teologi. Bagaimana kalau penemuan ini
sudah ada pada zaman Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan Yesus bisa mencarikan
pengganti-Nya untuk disalibkan? tetapi apakah itu mempunyai makna bagi
kehidupan kita. Namun saya percaya tanpa penemuan cloning ini Yesus pun bisa
melakukan itu, tetapi Ia tidak mau. Kalau Yesus mencari pengganti, apa arti
salib Kristus itu bagi kita? Tidak, Yesus tidak mencari pengganti, salib Yesus
menjadi berati karena Yesus sendiri dengan sukarela naik ke atas dan mati bagi
kita semua. Jikalau ada yang menggantikan Yesus, maka salib itu menjadi tidak
berarti; walaupun yang disalibkan itu manusia fotocopy atau hasil Cloning dari
para ahli yang 100% persis Yesus. Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa yang
disalibkan adalah Yesus. Dia yang tidak berdosa telah dijadikan berdosa untuk
membebaskan manusia-manusia yang berdosa.
Berbicara
tentang penyaliban Tuhan Yesus, maka tidak ada salahnya bila kita lihat mulai
dari taman Getsemani, dari sini kita akan melihat makna yang lebih dalam
tentang salib Tuhan Yesus itu. Pada bagian ini saya mencatat ada tiga makna
penting yang terkandung di dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.
Salib Tuhan Yesus merupakan "penderitaan" menuju
perdamaian
Rasul
Petrus mencatat; ketika Dia (yaitu Yesus) dicaci maki, Ia tidak membalas dengan
caci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam; tetapi Ia menyerahkan-Nya
kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa,
hidup untuk kebenaran. (1 Petrus 2:23-24)
Tidak
hanya itu, Ia juga diejek, ditampar, Ia diludahi, Ia ditendang, Ia dicambuk
dengan cemeti yang ujungnya ada paku yang tajam, sehingga kulit tubuh-Nya
tersayat-sayat. Tubuh Yesus menjadi begitu lemah, dan menurut tradisi pada
zaman itu, orang yang disalibkan itu harus membawa salibnya sendiri ke atas
gunung; yang biasanya di luar kota. Pada zaman itu telah dikenal ada tiga macam
salib yang biasanya dipergunakan untuk menghukum para penjahat, yang pertama
Salib yang berbentuk T, yang kedua salib yang berbentu X, dan yang ke tiga
salib yang bentuk U. Dan bentuk salib yang dipergunakan untuk menyalibkan Tuhan
Yesus adalah berbentuk salib yang seperti kita kenal hari ini.
Tubuh
manusia Yesus sudah menjadi begitu lemah, Ia tidak sanggup lagi membawa kayu
salib itu; sehingga seseorang yang bernama Simon dari Kirene itu membantu
mengangkat salib Yesus. Sesudah berada di bukit Golgota atau bukit Tengkorak,
salib itu diturunkan dan dibaringkan di atas tanah, orang yang akan disalibkan
juga dibaringkan juga. Lalu kedua tangannya dipaku, juga kaki-Nya. Kemudian
pelan-pelan salib itu diangkat naik dan tegak. Seluruh berat badan manusia itu
sesuai dengan gaya gravitasi bumi akan tertarik turun ke bawah. Itu berarti
lubang paku di tangan yang itu akan makin lebar, makin lebar, sekarang hanya
tinggal tulang yang menyangkut dipaku.
Demikian
juga lubang paku dikaki, berat tubuh menekan turun memaksa lubang paku di kaki
Yesus makin melebar. Darah menetes ke luar, itu juga berarti tekanan darah-Nya
semakin rendah. Peredaran oksigen dalam tubuh juga semakin berkurang, getaran
urat nadi semakin cepat dan pernafasan terpacu lebih cepat dan dalam. Sungguh
sengsara. Tanpa obat bius (Matius 27:34). Sakit sekali, dan celakanya pada
saat-saat demikian orang yang disalib itu tidak akan cepat mati, justru dengan
lambatnya mereka mati; itu berarti memperbanyak rasa sakit.
Namun
di saat-saat demikian, Yesus masih mengucapkan kata-kata yang penuh makna.
Kata-kata yang dikenal sebagai tujuh perkataan Agung Yesus yang terakhir di
atas kayu salib:
- Ya Bapa,
ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
- Hari ini juga, engkau
bersama-sama dengan Aku di taman Firdaus.
- Lihatlah ibumu,
lihatlah anakmu
- Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.
- Aku haus
- Sudah genap
(Tetelestai)
- Ke dalam
tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku
Biasanya
orang yang disalibkan itu kakinya dipatahkan terlebih dahulu, supaya
mempercepat kematiannya, dan ini diperlakukan buat kedua penjahat yang ada di
samping kanan kiri Yesus. Sedangkan kaki Yesus tidak perlu sampai dipatahkan,
karena Yesus mati lebih dahulu dari kebiasaan waktu yang diperhitungkan.
Sehingga membuat para perajurit itu tidak percaya dan untuk membuktikan bahwa
Yesus benar-benar mati maka, lambung Yesus ditikam dengan tombak.
Inilah
peristiwa singkat penyaliban Tuhan Yesus. Betapa indah kalau didramakan, tetapi
akan lebih indah dirasakan. Yesus memang menderita, tetapi tidak sampai batas
itu saja, Alkitab mencatat (Matius 27:51) "Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit
batu terbelah", ini menunjukkan perdamaian. Sejak Adam dan Hawa jatuh ke
dalam dosa, hubungan Allah dengan manusia terputus, tetapai dengan kematian
Yesus Kristus; Allah memperdamaikan kita semua. Tidak ada pengganti-Nya, hanya
Yesus saja yang sanggup menciptakan perdamaian itu.
Salib Tuhan Yesus merupakan "kekalahan" menuju
Kemenangan
Secara
perhitungan dunia Yesus itu mengalami kalah telak, karena Ia harus mati. Bagi
dunia orang yang mati sudah tidak berguna lagi, tetapi ingat bahwa kita tidak
menyembah pada Tuhan Yesus yang mati, pada hari ke tiga Ia telah bangkit dan
hidup kembali. Inilah kemenangan yang dahsyat, seharusnya tidak pernah
dilupakan oleh umat manusia. Orang-orang disekitar boleh mengenyek Yesus,
karena ketidaktahuan mereka. Kalimat yang diucapkan cukup pedih "Orang
lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja
Israel, baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. Ia
menaruh harapan Nya pada Allah; baik;lah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah
berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata Aku adalah Anak Allah."
(Matius 27:42-43).
Pernah
dulu saya membayangkan bahwa Yesus akan turun seperti yang dalam film
"Superman", lalu orang-orang yang mengenyek Dia dibantai
habis-habisan. Namun tidak, Yesus tidak melakukan itu; walaupun untuk
disalibkan saja Yesus sangat bergumul antara menuruti kehendak Allah atau
menuruti kehendak-Nya sendiri.
Di
taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus bergumul, Ia harus membuang
jauh-jauh "kedagingan-Nya". Tiga kali berturut-turut Yesus berdoa
pada malam itu. Dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh-Nya, Yesus datang
pada Tuhan Allah. Dia mengatakan "Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Untuk kedua
kalinya Yesus masuk lagi ke dlam taman Getsemani untuk berdoa "Ya BapaKu,
jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!" (Matius 26:42). Doa yang ketiga kalinya, percis sama dengan
yang kedua. "Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila aku meminumnya, jadilah kehendakMu!", satu doa penyerahan diri
Yesus.
Benar
Yesus mati di atas kayu salib, dan ini dibuktikan oleh tombak yang menusuk
perut-Nya. Ia benar-benar mati. Ia bukan pinsan, Ia tidak lari , Ia tidak turun
dari kayu salib. Sekali lagi Yesus mati, seperti kekalahan, tetapi bagi kita,
inilah suatu kemenangan, karena Yesus berhasil taat sepenuhnya kepada Allah.
Memang
di dunia ini, bagi orang yang sepenuhnya mau menjalani perintah Allah, ia
seperti orang yang bodoh selalu mendapat penghinaan. Karena tawaran dunia
begitu menarik, kelihatannya lebih nikmat, lebih hebat namun sayang sifatnya
sementara saja.
Salib Tuhan Yesus merupakan "maut" menuju
Keselamatan
Kematian
merupakan maut, itulah hukuman Tuhan akibat dosa manusia. Namun kematian Tuhan
Yesus bukan merupakan dosanya, namun Ia menanggung segala dosa kita. Yesus
telah dipilih sebelum dunia dijadikan, untuk menggantikan kita dihukum. (bnd 1
Petrus 1:18-20 "Sebab 327u tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak
bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi
karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir".
Jikalau
kita melihat Yesus sampai batas kematian-Nya saja tentu itu sia-sia, tetapi
Yesus yang kita sembah bangkit pada hari yang ke tiga. Duduk bertahta
dikerajaan bersama-sama Allah. Inilah yang disebut dengan maut menuju
keselamatan itu. Yesus mati karena dosa kita dan bukan hanya itu Ia juga mati
bagi dosa kita
Memang
kebangkitan Tuhan Yesus menjadi perdebatan terus sejak zaman Perjanjian Baru.
Bukankah zaman rasul Paulus juga ada perdebatan tentang masalah kebangkitan
ini; ada orang Farisi yang percaya kebangkitan lalu ada orang Saduki yang
justru tidak percaya akan kebangkitan. Sampai hari ini kebangkitan Yesus itu
diperdebatkan belum tuntas, apalagi ketika kita sebagai orang awam hendak
membuktikannya dihadapan orang-orang yang belum percaya. Memang sulit.
Ada tiga alasan yang
cukup masuk akal, yang membuktikan bahwa Yesus yang kita percayai itu
benar-benar bangkit dari kubur. Seorang penulis yang bernama Morrison menemukan
bahwa Kristus Yesus terang-terangan dibaringkan dalam kubur pada hari Jumat,
tetapi pada hari Minggu pagi jenazah-Nya telah hilang. Seandainya Ia tidak
bangkit dari kubur, maka ada orang yang telah mengambil jenazah itu. Dalam hal
ini ada tiga kelompok orang yang pantas dicurigai yang kemungkinan besar telah
mengambil jenazh Tuhan Yesus. Orang-orang tersebut adalah :
1. Orang Romawi
2. Orang Yahudi dan
3. Murid-murid Yesus
sendiri, namun logikanya dapat kita lihat bahwa:
- Orang-orang Romawi tidak mempunyai
alasan untuk mencuri jenazah itu, karena mereka ingin menjaga ketenteraman
di Palestina. Maksud mereka tidak akan tercapai bila mereka mencuri
jenazah Yesus dari kubur.
- Orang Yahudi
juga tidak mungkin mengambil jenazah Yesus, karena hal yang paling mereka
tidak inginkan adalah pernyataan tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Menurut
Matius 27 mereka sendiri yang meminta supaya kubur Tuhan Yesus dikawal.
- Murid-murid
Yesus juga tidak mempunyai alasan mencuri jenazah Tuhan Yesus lalu
membohongi orang banyak dengan mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit.
Seandainya mereka melakukannya maka mereka telah mengabarkan hal yang
penuh kebohongan, dan sia-sialah para rasul mereka yang karena kabar
kebohongan ini harus mati.
Penjelasan
yang paling masuk akal adalah, Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari
kubur. Memang murid-murid Tuhan Yesus tidak sepandai para ahli yang ada pada
abad 20, tetapi saya pikir untuk membedakan antara hidup dan mati mereka tentu
bisa. Dalam 2 Petrus 1:16 "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng
isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa-kuasa dan kedatangan
Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari
kebesaran-Nya"
Kebangkitan
inilah kemenangan besar. Sehingga bagi yang percaya kepada-Nya juga menikmati
suatu kemenangan khususnya keselamatan. Tanpa darah yang dicurahkan di atas
kayu salib; tidak ada keselamatan.
Menjelang
saat-saat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, kita sudah melihat kasih Yesus
begitu besar kepada kita. Apa yang dapat kita perbuat bagi dia? Berbuatlah
sesuatu bagi-Nya sebab Dia terlebih dahulu sudah berbuat banyak untuk kita.
Sumber: http://artikel.sabda.org/salib_yesus_kristus (buku Mengenal Dia Lebih Dalam, terbitan KAIROS, hal 104)
No comments:
Post a Comment