Kalau mau ditelusuri dengan jujur, setiap manusia bisa menjadi
pengkhianat dan dikhianati. Karena akarnya adalah keakuan atau ego. Saat keinginan
pribadi tidak tercapai, orang bisa berubah dari kawan jadi lawan. Yudas
memiliki idealisme sendiri terhadap Yesus. Dalam benak pemuda Yahudi yang saat
itu hidup menderita karena dijajah Romawi, mereka membutuhkan sosok pembebas
yang bisa memimpin mereka melakukan pembrontakan, dan Yesus adalah orangnya
yang paling ideal. Namun dengan tegas Yesus menolaknya. Penolakan itulah yang
membuat mereka kecewa. Tidak heran jika mereka yang berteriak
"hosana...hosana.." tiba tiba berubah menjadi "salibkan
Dia".
Pengkhianatan sering berubah menjadi penyesalan. Itulah yang terjadi
dengan Yudas. "Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa
Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang
yang tiga puluh perak itu kepada imam- imam kepala dan tua- tua..." Yudas
sadar bahwa pengkhianatan itu telah membawa resiko kematian bagi yang
dikhianati. Itulah sebabnya ia menyesal. Namun penyesalannya tidak bisa
mengubah keadaan, itulah sebabnya dia pergi menggantung diri.
Saya baru mengerti sekarang mengapa Yesus pernah berkata "Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan
tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih
baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan." Dengan tegas Yesu
berkata, "lebih baik tidak usah dilahirkan daripada mengkhianati
Tuhan". Sebuah pernyataan yang tegas dan menakutkan. Makanya jangan sekali
kali menjual iman atau mengorbankan hubungan dengan Yesus hanya demi
popularitas, pangkat, kekayaan, atau kedudukan. Karena ujung ujungnya adalah
penyesalan seumur hidup.
Yakob (samaran) lahir dari keluarga hamba Tuhan yang saleh. Sejak
kecil ia ikut sekolah minggu, setelah besar ia rajin melayani dengan talenta
yang dimiliki. Yakob pernah memecahkan rekor sebagai pelukis tercepat dan
tercatat di musium MURI. Namun sayang sekali gara gara ingin lebih terkenal ia
tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya, pergi dengan wanita lain. Bukan
hanya itu, ia bahkan meningalkan iman dan hubungannya dengan Tuhan Yesus.
Belakangan ini ia menyesal karena ternyata wanita itu telah mengkhianatinya.
Hidupnya terlantar, tubuhnya digerogoti penyakit, dan nasibnya mengenaskan.
Pengkhianatan selalu membawa penyesalan. "Lebih baik aku mati dari pada
hidup kaya begini" kata Yakob meneyesali.
Seadainya Yudas mengikuti langkah Petrus, ia tidak perlu harus mati
sia sia. Petrus juga menyangkali Yesus, namun demikian ia sadar menyesal dan
menangis. Ia kembali membangun hubungan dengan gurunya dan menjadi pengikutnya
meskipun harus dibayar dengan nyawa. Seandainya malam itu Yudas kembali kepada
Yesus dan minta maaf, ia tidak perlu pergi menggantung diri. Bukankah Yesus
maha pemaaf? Sebaiknya Yakob kembali pada Yesus. Tidak perlu malu, tidak usah
sungkan, jangan takut. Berlakulah seperti anak terhilang yang kembali kepada
bapanya. Dengan senang hati surga akan menyambut mereka yang telah sadar dan
mau kembali. Jangan menunda lagi, sekaranglah waktunya. "Di surga Bapa
menanti, pulanglah anak-KU"
No comments:
Post a Comment