Kalimat ini jika direnungkan dalam kehidupan sehari-hari, maka hampir setiap tindakan kita sudah masuk dalam katagori “ Tidak melihat, Namun Percaya “. Misalnya.
1. Sandang pangan yang dikomsumsi setiap hari, sadar atau tidak kita telah mempercayai terlebih dulu, kemudian bersinggungan atau menggunakannya.
2. Barang-barang komsumtif lainnya, jarang kita minta dibuktikan dulu sebelum membeli, sebaliknya kita percaya dan membelinya. Masalah manfaatnya, daya tahannya, keakuratannya akan ditentukan setelah menggunakan.
3. Barang yang sama dari sumber produksi yang berbeda, menentukan nilai , setelah melalui kepercayaan terlebih dahulu kemudian menentukan qualitasnya.
4. Kita naik transportasi umum, termasuk pesawat terbang, kita lebih hanya percaya atas, pilotnya, qualitas pesawatnya tanpa harus diuji terlebih dulu, maka kita beli tiket dan naik pesawat pengakut itu.
5. Anak muda saat berpacaran, ia tidak mengenal sungguh-sungguh sifat karakter lawan jenisnya, hanya melalui ucapan gombal, ia percaya. Kepercayaan itu akan teruji setelah berjalan bersama sebagai suami istri. Bagaimana qualitas sesungguhnya akan teruji dengan berjalannya waktu. Maka tidak heran banyak yang frustasi, keluarga hancur , perceraian terjadi.
6. Sejarah tentang tokoh presiden pertama Ir. Soekarno, bagi generasi yang belum pernah menyaksikan sendiri, hanya percaya melalui sejarah. Peristiwa G30S dan SP 11 Maret, selalu menjadi pertanyaan, karena qualitasnya ada rekayasa. Bagaimana generasi yang tidak pernah mengalami sejarah itu, mereka hanya sebatas percaya, bukankah demikian ?
7. Masalah hukum, yang paling penting adalah kesaksian, jika yang menjadi saksi tidak dipercaya atau direkayasa, maka hancurlah hukum itu. Seperti fenomena hukum di negara tercinta kita, berapa banyak orang menjadi Koran hukum karena saksi palsu.
8. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, hanya karena percaya omongan iblis, maka hukuman mati tidak terelakan.
9. Nabi NUh, karena percaya, maka dia mau membuat kapal ( dianggap bodoh pada masanya ), sehingga terselamatkanlah hidupnya.
10. Pemimpin bangsa, hanya jual gombalannya, rakyat percaya, kemudian apakah benar akan diuji melalui jalannya waktu, apakah ia melakukan sesuai janji atau hanya mengejar kedudukan dan memperkaya diri.
Kesimpulan diatas ada dua pelajaran penting :
1. Kepercayaan hanya bisa dibuktikan setelah berjalannya waktu.
2. Kelemahan manusia yang terbesar adalah karena lebih condong percaya daripada pengujian terlebih dulu, sehingga mudah dimakan oleh bualan-bualan manis, penampilan yang menarik, janji-janji muluk dan tipuan-tipuan yang mematikan.
Yang harus diwaspadai yaitu :
1. Kepalsuan.
Kepalsuan merupakan imitasi dari kebenaran, sehingga manusia mudah sekali tertipu karena, bentuk / penampilan ; qualitas, jalan pintas dan waktu.. Ini merupakan pembuktian yang akan memberitahukan kebenaran sesungguhnya. Manis didepan dan pahit dibelakang.
Kepalsuan, tidak perlu diajarkan, namun sudah bisa berkembang dengan sendirinya, karena bibitnya sudah ada, kemudian memperoleh pupuk siraman yang canggih ( didikan, pengaruh lingkungan dll ) yang mendorong lebih mendarah dagingnya kepalsuan dalam kehdupapn sehari-hari. Sehingga dikatakan musuh terbesar seseorang adalah diri sendiri. Begitu kuatnya kepalsuan yang membawa janji-janji manis meskipun sifatnya sementara selalu diminati manusia sepanjang masa.
2. Kebenaran
Kebenaran biasanya sulit untuk diterima, karena kurang menarik, lebih lambat, konservatif sekali, butuh kesabaran tinggi, penguasaan diri yang lebih baik yang semuanya condong membuat jemu. Sering merasakan seperti orang bodoh diantara orang yang banyak yang penuh kepalsuan.
Kebenaran adalah kebenaran, kebenaran akan Nampak dengan berjalannya waktu pengujian. Setelah pengujian terlewatkan maka kebahagian akan diperoleh sepanjang masa.
Pengujian, tentu harus melalui banyak sekali gelombang hidup, bahkan mudah hancur karena kurang sabar, penguasaan diri dikalahkan dengan emosi yang mematikan.
Lulus dari pengujian, akan membawa seseorang lebih tabah, lebih kuat menghadapi ujian-ujian berikut. Karena kebahagianan yang pernah diperoleh akan memberikan semangat lebih tinggi dalam meraih sukses dari kehidupan. Bahkan ancaman hidup baginya tidak berarti apa-apa, karena ada tujuan hidup yang lebih berharga kekal akan dipeerolehnya.
Kristus Yesus mengatakan “ Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya “ , kemudian dikatakan lagi “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku “
“ Barang siapa yang mau ikut aku, harus memikul salib-Ku “ Gambaran ini menunjukan bahwa perjalanan orang percaya untuk memperoleh kebenaran bukanlah hal mudah. Siapkah kita untuk menerima seluruh konsekuensi hidup untuk memperolah janji-janii-Nya ?
Semoga dengan kebangkitan Kristus Yesus, semangat kita dibangun kembali.
Tuhan memberkati,
No comments:
Post a Comment