Di Getsemani Tuhan Yesus membuat sebuah keputusan yang menentukan
nasib surga dan dunia. Di taman inilah nasib kehidupan umat manusia ditentukan,
setelah lebih dari 33 tahun ia Bergumul. Ia harus memikul dosa seluruh dunia.
Hanya Dia yang tahu, hanya Dia yang mampu. Secara manusia ia takut. Hatinya
gundah dan gelisah. Hati kecilnya mengatakan "kalau boleh cawan ini
berlaku dari padaku. Kalau bisa, saya terbebas dari jalan hidup yang seperti
ini. Kalau ada, biarlah orang lain saja yang manggantikannya. Kalau mungkin,
dibatalkan saja rencana-Nya."
Sementara ketiga muridnya tidur pulas, seolah tidak mau tahu. Yesus
bergelut sendiri. Peperangan itu sangat menekan batinnya. Begitu bertanya
pergumulan yang sedang dihadapinya hingga pembuluh darahnya pecah. Keringat
dingin bercampur dengan darah menetes ke bumi membasahi Taman Getsemani. Selama
ini Getsemani dikenal sebagai tempat pemerasan minyak zaitun, namun malam itu sang
Juru Selamat harus memeras keringatnya karena harus memikul semua kesalahan dan
beban hidup kita.
Di Getsemani, Yesus telah memilih jalan taat bukan jalan sukses
menurut ukuran dunia. Banyak rekannya yang mengatakan bahwa anak tukang kayu
dari Nazaret itu frustasi dan mengalami disolusi karena gagal membabaskan
bangsanya dari penjajahan. Itulah sebabnya ia memilih mati muda dengan sia sia.
Siapa bilang Ia mati dengan sia sia? Yesus memang tidak pernah mengatakan bahwa
Ia akan mengangkat senjata melawan penguasa. Ia juga menolak untuk dijadikan
raja.
Ia datang ke dalam dunia hanya dengan satu tujuan, membebaskan manusia
dari segala beban dosa. Memulihkan hubungan antara manusia dengan penciptanya.
Mengembalikan citra umat manusia seperti sedia kala. Untuk itu ia harus
menjalani hukuman yang paling nista. "Salibkan dia...salibkan dia..."
Ya.. Jalan salib adalah satu satunya. Tidak ada pilihan lain. Memang hina dan
memalukan. Berat dan menyakitkan. Syukur kepada Allah, malam itu Dia telah
memutuskan "Bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendak-Mu" Jangan
lupa Getsemani, jangan lupa cinta Allah, jangan lupa siksa Yesus. Mari ke
Golgota.
No comments:
Post a Comment